RI-1.com — Denpasar,
26 Oktober 2025 — Sebuah kebanggaan datang dari dunia pendidikan Bali. Anief Arzuani, guru SD Negeri No. 6 Tuban, Kuta, Bali, berhasil terpilih mewakili Indonesia dalam Seminar on School Principals/Teachers for ASEAN Countries yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan Republik Rakyat Tiongkok (Ministry of Commerce of the People’s Republic of China) dan dilaksanakan oleh Yunnan Normal University di Kunming, Tiongkok.
Program yang berlangsung pada 14–27 Oktober 2025 ini merupakan bagian dari kerja sama pendidikan antara Tiongkok dan negara-negara ASEAN. Tujuannya adalah meningkatkan kapasitas kepala sekolah dan guru melalui pelatihan, kunjungan lapangan, serta pertukaran budaya pendidikan. Peserta berasal dari berbagai negara ASEAN, termasuk Indonesia, Laos, Myanmar, dan Thailand.
Selama dua minggu, para peserta mengikuti sembilan kuliah tematik yang mencakup berbagai topik penting, antara lain kondisi nasional Tiongkok, penerapan kecerdasan buatan dalam pembelajaran, sistem pendidikan guru, pendidikan vokasi, hingga strategi pengentasan kemiskinan melalui pendidikan. Mereka juga mempelajari kebijakan Belt and Road Initiative serta nilai-nilai kebudayaan Tiongkok yang berakar pada disiplin dan etos kerja tinggi.
“Program ini memberikan banyak inspirasi, terutama tentang bagaimana Tiongkok menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan pendidikan karakter dan budaya tradisional,” ujar Anief saat dihubungi dari Kunming.
Selain kuliah, peserta juga mengikuti kunjungan lapangan ke sekolah-sekolah di Yunnan dan Shandong, seperti Kunming Foreign Language School, Primary School Affiliated to Yunnan Normal University, dan Yuntong Middle School. Mereka mengamati secara langsung penerapan pembelajaran berbasis teknologi, manajemen sekolah, serta integrasi nilai-nilai moral dalam proses pendidikan.
Menurut Anief, salah satu hal yang paling berkesan adalah kedisiplinan dan semangat belajar siswa di Tiongkok. Sejak taman kanak-kanak, anak-anak sudah terbiasa berbaris dan menjaga kebersihan kelas tanpa diperintah. Para guru dihormati dengan tinggi, dan siswa belajar dengan penuh dedikasi — bahkan siswa SMA rutin belajar hingga malam hari demi mempersiapkan ujian nasional.
“Pendidikan di Tiongkok tidak hanya mencetak anak-anak pintar, tapi juga membentuk karakter yang kuat dan tangguh. Itu yang ingin saya bawa pulang ke sekolah saya di Bali,” ungkapnya.
Selama program, para peserta juga berkesempatan mengikuti kegiatan field teaching dan team building di Guoyi Flower Valley, serta kunjungan budaya ke Yunnan Nationalities Museum dan Guandu Ancient Town. Menurut Anief, pengalaman lintas budaya ini membuka wawasan baru tentang bagaimana sistem pendidikan dan nilai sosial dapat berjalan beriringan.
Program ini difasilitasi melalui koordinasi dengan Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia (Setneg RI), yang secara rutin bekerja sama dengan berbagai negara dalam mengirimkan peserta pelatihan luar negeri. Seleksi peserta dilakukan berdasarkan prestasi, pengalaman mengajar, dan komitmen terhadap inovasi pendidikan.
Anief juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan dari kepala sekolah, rekan guru, serta keluarga, termasuk suaminya yang merupakan seorang perwira TNI. “Sebagai istri prajurit, saya belajar disiplin dan semangat pengabdian. Nilai itu saya bawa dalam mendidik siswa, agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan cinta tanah air,” ujarnya.
Sekembalinya ke Indonesia, Anief berencana membagikan ilmu yang didapat kepada rekan-rekan guru melalui pelatihan dan diskusi berbasis praktik baik. Ia juga akan mendorong penerapan metode pembelajaran berbasis karakter dan teknologi di SDN 6 Tuban serta menjalin kolaborasi antar sekolah di Bali.
“Tantangan guru saat ini adalah beradaptasi dengan perubahan zaman. Karena itu, guru harus terus belajar dan berinovasi. Kita bukan hanya pengajar, tapi juga pembentuk karakter generasi masa depan,” tutupnya penuh semangat.
Melalui pengalaman internasional ini, Anief Arzuani membuktikan bahwa guru sekolah dasar pun memiliki kesempatan untuk berperan di panggung global, membawa semangat belajar lintas budaya, dan menanamkan nilai karakter yang kuat bagi anak-anak Indonesia. (Red)







